Langsung ke konten utama

Seminar Online : Meninjau Covid-19 Dalam Persepektif Medis bersama dr. Andri Willy SpOG

 

(Sabtu 2/05/2020) Dunia sedang digegerkan oleh sebuah virus yang mematika, yang bernama COVID-19. Bukan menjadi halangan bagi kita untuk berbagi pengetahuan kepada semua orang mengenai COVID-19 ini. Untuk itu KOPMA IAIN Kudus mengadakan seminar online dengan menggandeng seorang Dokter kandungan, yang bernama dr. Andri Willy SpOG.dia juga ikut ambil menangani kasuk COVID-19. Seminar online kita ini dilaksanakan Via WhattsApp Group (WAG).
Dalam seminar kali ini dokter menyampaikan beberapa hal mengenai COVID-19. Yaitu untuk sekarang secara global memang hampir semua negara yang Covid nya terdapat kasus banyak, sekarang trendingnya sudah mulai turun dan sudah mulai terkendali, jadi masa puncaknya udah pada lewat, contohnya di wordmeter itu kasusnya sudah turun, jadi udah enggak puncaknya lagi. Cuma kalau di indonesia dari laporan kemarin terakhir masih tinggi kasusnya tapi jumlah yang sembuh lebih banyak, dibandingkan jumlah yang meninggal.
Jadi untuk menularkan via plasenta/ asi, blm ada buktinya. Blm pernah ada jurnal yg melaporkan hal tersebut.Untuk proses persalinan, itu kita harus dalam bentuk tim. Dari tim ini ada dokter kandungan, dokter anak, dokter bius. Untuk metode persalinan, bergantung, Apakah sudah dalam keadaan bersalin atau belum, maksudnya kita bilang, inpartu / tidak. Contoh bila pasien masuk ke RS dalam keadaan bukaan 9 atau sudah lengkap, maka bisa dilanjutkan untuk lahir normal pervaginan. Tapi bila masuk RS, masih belum ada pembukaan, disarankan sesar. Tapi semua mesti dilihat kasus per kasus. Tidak semua berdasarkan keadaan status covidnya saja. Misalkan ibu bekas sesar, terus ketubannya sudah pecah, dan denyut jantung bayinya lemah, maka disarankan sesar.
Jadi, untuk Indonesia kan negara kepulauan dari aceh sampai papua, untuk lednya itu enggak terpusat jadi satu satu, misalnya jakarta saja lednya memang ada terseber diseluruh Indonesia, Cuma kapasitas masing-masing tiap provinsi tiap led itu berbeda jadi kalau di Jakarta itu sumberdaya pemeriksanya banyak lednya dan mesinnya banyak,untuk itu dalam satu hari mungkin bisa running untuk sampel yang banyak , namun kalau seperti daerah-daerah yang kita bilang contoh yang tidak mempunyai mesin yang banyak, tenaga yang memadai, nggak mungkin dapat melakukan pemeriksan dalam satu hari dengan banyak. Masa inkubasi sendiri yaitu 5-14 hari, bila dalam waktu 2 bulan tidak ada gejala, maka seharusnya dinyatakan aman. Namun perlu juga diketahui, memang ada kasus yang tanpa gejala. Banyak teman saya,yang dokter , positif covid, tetapi tidak didapatkan sebuah gejala covid. Untuk itu kita harus perkuat imunitas tubuh, hidup sehat, hand hygiene, jaga jarak.
Jadi prinsip utama tetap keselamatan ibu. Bayi janin no.2. Kalau kondisi ibu jatuh dalam keadaan MODS/ gagal organ, sesak berat dengan keadaan desaturasi beserta ancaman gagal nafas, maka akan diterminasi kehamilannya. Metode terminasi pada kasus-kasus tersebut memang harus didiskusikan dengan tim covidnya dan tim legal dan etika RS. Karena berkaitan dengan aspek legal/ etika, dimana di Indonesia belum boleh untuk mengakhiri kehamilan bila janin bayi masih hidup/ ada denyut jantungnya. Harus ada 3 dokter ahli yg menyatakan bahwa kasus ini boleh di terminasi kehamilan (bila janin msh hidup).
Untuk kasus covid, bekas yang paling mungkin terjadi adalah di paru paru. Namun tidak menutup kemungkinan bisa menyiksakan bekas/ sekuel di organ lainnya. Yang terjadi di paru, adalah terbentuk jaringan fibrosis/ jaringan ikat di parenkim paru. Sebagian besar kasus terbentuk fibrosis. Namun bila proses penyembuhan cepat, maka tidak akan sampai pada pembentukan fibrosis pada paru paru.
Thermal scanner itu utk mendeteksi panas tubuh. jadi bila kita dalam keadaaan demam, maka suhu tubuh akan meningkat. suhu tubuh yang meningkat/ demam, itu bisa disebabkan karena infeksi/radang. infeksi bisa disebabkan oleh virus/ bakteri. Jadi manifestasi/ gejala dari infeksi covid bisa bermacam-macam, contoh demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan, diare. bahkan ada yg tidak bergejala. Dan untuk saat ini belum ada obat spesifik untuk COVID19.

Penulis
By : Aslih Zakki
( Tim Kopmasiana )

Komentar